Mengenal Karburator Diafragma, Karbu Senso Bisa untuk Motor
Jika kamu mengikuti tren otomotif di TikTok, YouTube, maupun Facebook, mungkin kamu akan menemui video mengenai motor yang menggunakan karbu senso.
Karburator yang umum digunakan untuk mesin chainsaw ini ternyata bisa juga digunakan unuk mesin 4 tak, termasuk untuk motor.
Apa efeknya jika karbu chainsaw digunakan pada motor? Simak terus artikel ini untuk mengetahuinya.
Apa Itu Karburator Diafragma?
Karburator diafragma adalah jenis karburator yang menggunakan membran fleksibel (diafragma) untuk mengatur aliran bahan bakar berdasarkan tekanan udara dan kevakuman yang dihasilkan oleh mesin.

Berbeda dengan karburator konvensional yang lebih mengandalkan prinsip Bernouli atau kevakuman pada ruang bakar, karburator diafragma memanfaatkan kevakuman sekaligus tekanan positif dari mesin untuk memompa bensin.
Perubahan tekanan udara antara vakum dan tekanan positif ini dihasilkan oleh gerakan piston mesin untuk mengatur bahan bakar secara otomatis.
Karenanya, karburator tipe ini tidak membutuhkan penampung bensin dan pelampung untuk meregulasi kucuran bensin ke penampung.
Karenanya, karburator tipe ini memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan karburator konvensional.
Keuntungan lainnya adalah karburator jenis ini tidak terpengaruh oleh sudut kemiringan karena tidak menggunakan pelampung dan penampung bensin.
Cara Karja Karburator Diafragma
Karburator diafragma bekerja dengan prinsip pompa diafragma. Karet diafragma ini bisa mengembang dan mengempis mengikuti tekanan udara dari mesin.
Ketika ruang bakar dalam kondisi hisap, maka akan terjadi kevakuman pada intake manifold.
Perubahan tekanan ini tersalurkan melalui saluran yang menghubungkan antara ruang udara pada diafragma dengan intake.
Kondisi ini menyebabkan membran tertarik ke atas. Akibatnya, besin tertarik dari selang masuk untuk mengisi ruang diafragma.

Sedangkan ketika ada tekanan positif ketika ruang bakar masuk ke fase kompresi, maka membran diafragma akan terdorong ke bawah.
Membran diafragma ini mendorong bensin, sehingga bensin terdorong untuk keluar untuk bercampur dengan udara.
Bayangkan saja suntikan yang bergerak terus menerus untuk menyemburkan bensin, yang digerakkan oleh kevakuman dan tekanan udara dari ruang bakar mesin.
Namun alih-alih karet suntikan, yang mendorong bensin di sini adalah membran diafragma.
Ini berbeda dengan karburator biasa yang bekerja karena kevakuman dari ruang bakar.
Karburator Diafragma Digunakan untuk Apa?
Karburator diafragma banyak digunakan pada mesin yang kecil dan portabel, seperti
- Mesin Dua-Tak kecil: Motor pemotong rumput, chainsaw, blower, dan sepeda motor kecil.
- Kendaraan Off-Road: Sepeda motor trail dan ATV, karbu dibolak-balik pun tidak masalah.
- Pesawat Model dan Paralayang: Mesin kecil yang memerlukan pengaturan bahan bakar yang konsisten meskipun posisi berubah-ubah.
Karburator jenis ini memiliki ukuran yang kecil, membuatnya pas untuk mesin ukuran kecil untuk menjaga ukuran tetap kompak.
Selain itu, mesin ini juga cocok untuk digunakan pada alat yang mengalami perubahan posisi atau orientasi.

Misalnya, untuk kendaraan trail atau gergaji besi, asupan bensin bisa terganggu ketika menggunakan karburator konvensional ketika dimiringkan pada sudut yang ekstrim. Hal ini terjadi karena sistem pelampung pada karburaor konvensional umumnya tidak berfungsi dengan baik ketika dimiringkan.
Cara Menyetting Karbu Diafragma
Untuk melakukan penyettingan pada karburator ini, temukan low jet dan high jet pada karburator.

Low jet ini seperti pilot jet, dimana dia bekerja pada rpm rendah-menengah. Sementara High jet bertindak layaknya main jet yang bekerja pada rpm rendah sampai tinggi.
Efek Menggunakan Karburator Senso
Sebenarnya penulis sendiri belum menerapkan karburator ini untuk motor.
Menurut salah satu review dari pengguna yang menceritakan kisahnya dalam menggunakan karbu ini, karbu ini bisa berfungsi dengan normal untuk motor 4 tak.
Hanya saja, untuk idlenya memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketika menggunakan karburator vakum. Hal ini mungkin terjadi karena pada rpm rendah, tendangan dari intake tidak cukup keras untuk bisa mendorong karet diafragma untuk memompa bensin keluar.
Mungkin dengan beberapa penyesuaian dan penyettingan yang tepat, hal ini bisa disiasati. Misalnya dengan pemilihan karburator dengan ukuran yang lebih kecil, posisi karburator yang dekat dengan intake, dan juga pemasangan runner dan filter untuk memaksimalkan tendangan balik dari intake ke karbu.
Secara teori, material karet yang digunakan sebagai diafragma bisa menjadi salah satu limitasi untuk menyuplai bahan bakar untuk bercampur ke udara.
Material karet pada karbu ini harus cukup flexibel untuk bisa mengikuti tekanan positif dan negatif dari mesin yang bisa berkitir pada rpm tinggi.
Paramotor sendiri bisa berkitir hingga hampir 10.000 rpm, sementara mesin 2 tak gergaji mesin bisa berkitir pada 6000 rpm hingga 12.500 rpm. Umumnya mesin paramotor dan gergaji mesin adalah mesin 2 tak.

Pada mesin 4 tak, siklus tekanan positif dan negatifnya dua kali lebih rendah jika dibandingkan pada mesin 2 tak. Sehingga secara material, membran karet diafragma harusnya masih sangat mampu untuk menyupai hingga RPM puncak pada mesin 4 tak.
Terbukti pada banyak video yang beredar, karburator ini mampu melayani mesin dengan berbagai settingan, termasuk untuk settingan kuda, settingan patah-patah ala drag. termasuk ketika gas disentak secara spontan.
Namun dalam video lain, ketika gas dibuka spontan dan ditutup spontan bisa menyebabkan mesin macet. Selain itu penyettingan karbu ini memang membutuhkan ketelatenan.
Selain itu, ketika dibandingkan dengan karburator konvensional biasa, rpm yang diraih juga bisa lebih tinggi meskipun sudah dilakukan percobaan penyettingan.

Secara efisiensi bahan bakar, sepertinya tidak ada yang jauh berbeda. Mungkin karburator ini bisa menghasilkan pengkabutan yang lebih sempurna karena ada bantuan dorongan dari tekanan positif yang mendorong bensin untuk muncrat.
Karenanya, karburator jenis membran diafragma ini perlu menggunakan intake runner atau box filter agar bensin yang muncrat ketika tekanan positif tidak tertiup angin dan bisa terhisap ketika fase hisap/vakum.
Sepertinya selisih konumsi bahan bakar tidak akan jauh berbeda, namun perlu riset lebih jauh untuk mengkonfirmasi opini ini.
Karena karburator jenis ini juga bekerja akibat tekanan positif dari mesin, mungkin ada pengaruh durasi intake dan exhaust pada mesin 2 tak yang bisa mempengaruhi kinerja kabrurator jenis ini. Termasuk juga bagaimana overlap pada camshaft pada mesin 4 tak bisa memperngaruhi kinerja karburator jenis ini.
Dengan durasi bukaan klep in yang lebih besar, tekanan ketika piston naik dari TMB atau titik terbawah piston bisa memberikan tekanan tambahan ke intake. (trik ini juga biasa digunakan untuk membuat kompresi dinamis lebih rendah meskipun secara hitung-hitungan kompresi on paper lebih tinggi)
Namun pada akhirnya, masalah besaran asupan bahan bakar bisa dikendalikan melalui low jet dan high jet untuk bisa mencapai AFR optimal pada semua RPM dan tingkat beban, layaknya karburator konvensional.
Akhir Kata
Karburator diafragma akan menjadi pilihan menarik terutama untuk mesin yang bisa diajak bermanuver dengan ekstrim. Pada kondisi seperti ini, karburator konvensional bisa banjir karena posisi pelampung yang selalu terbuka.
Namun, pada mesin motor kebanyakan, penggunaan karburator ini mungkin tidak memberikan keuntungan yang signifikan, karena jarang mendapatkan sudut yang ekstrim.

Secara teori, karbu ini memiliki potensial untuk lebih efisien, mengingat bensin yang dikeluarkan bisa tepat sesuai satu siklus dorongan dari mesin. Hal ini juga membuatnya mampu untuk menyuplai hingga rpm tinggi. Sementara karbu konvensional akan tetap menyemburkan bensin baik pada siklus hisap maupun siklus dorong.
Namun, ini juga perlu diimbangi dengan bentuk intake yang lebih disesuaikan untuk karburator ini. Karena karburator ini bekerja dari tendangan dari intake, posisi karburator yang dekat dengan mesin bisa membantu agar tekanan bisa maksimal.
Selain posisi karburator terhadap intake, penggunaan ukuran venturi karburator yang lebih kecil dari venturi karburator konvensional juga bisa membuat tekanan balik dari intake bisa lebih kencang, dengan konsekuensi asupan udara pada rpm atas yang mungkin bisa terhambat.
Bentuk mulut karburator yang sedikit menyempit juga bisa membuat tekanan balik untuk lebih kencang. Sementara dari sisi karburatornya, pembesaran penampang diafragma mungkin juga bisa membuat diafragma agar lebih sensitif terhadap tekanan balik dari intake.
Sayangnya, kekurangan seperti seperti idle yang tinggi dan kemampuan untuk mengail rpm yang terbatas mungkin membuat karbu ini kurang cocok untuk orientasi efisiensi maupun performa, meskipun tidak menutup bahwa masih ada pengembangan yang bisa dilakukan untuk karburator ini.
Apakah mesin dengan karburator membran diafragma ini bisa memiliki performa dan efisiensi yang setara dengan mesin injeksi? Perlu penelusuran lebih lanjut untuk menjawabnya.
Post Comment